Jumat, 14 Januari 2011

THORIQOH= MENJALANKAN SYARI'AT DENGAN HATI-HATI

Empat orang imam
mazhab Sunni, semuanya
mempunyai seorang syaikh
thariqah. Melalui syaikh
itulah mereka
mempelajari Islam dalam
sisi esoterisnya yang indah
dan agung. Mereka semua
menyadari bahwa ilmu
syariat harus didukung
oleh ilmu tasawuf
sehingga akan tercapailah
pengetahuan sejati
mengenai hakikat ibadah
yang sebenarnya. Imam
Abu Hanifah (Nu ’man bin
Tsabit – Ulama besar
pendiri mazhab Hanafi)
adalah murid dari Ahli
Silsilah Thariqat
Naqsyabandiyah yaitu
Imam Jafar as Shadiq ra .
Berkaitan dengan hal ini,
Jalaluddin as Suyuthi
didalam kitab Durr al
Mantsur, meriwayatkan
bahwa Imam Abu Hanifah
(85 H.-150 H) berkata,
“ Jika tidak karena dua
tahun, Nu’man telah
celaka. Karena dua tahun
saya bersama Sayyidina
Imam Jafar as Shadiq,
maka saya mendapatkan
ilmu spiritual yang
membuat saya lebih
mengetahui jalan yang
benar ”. Imam Maliki
(Malik bin Anas – Ulama
besar pendiri mazhab
Maliki) yang juga murid
Imam Jafar as Shadiq ra,
mengungkapkan
pernyataannya yang
mendukung terhadap ilmu
tasawuf sebagai berikut, “
Barangsiapa mempelajari/
mengamalkan tasawuf
tanpa fiqih maka dia telah
zindik, dan barangsiapa
mempelajari fiqih tanpa
tasawuf dia tersesat, dan
siapa yang mempelari
tasawuf dengan disertai
fiqih dia meraih
kebenaran. ” (‘ Ali al-
Adawi
dalam kitab Ulama fiqih,
vol. 2 , hal. 195 yang
meriwayatkan dari Imam
Abul Hasan). Imam Syafi ’i
(Muhammad bin Idris,
150-205 H ; Ulama besar
pendiri mazhab Syafi ’i)
berkata, “ Saya berkumpul
bersama orang-orang sufi
dan menerima 3 ilmu: 1.
Mereka mengajariku
bagaimana berbicara 2.
Mereka mengajariku
bagaimana
memperlakukan orang lain
dengan kasih sayang dan
kelembutan hati 3.
Mereka membimbingku ke
dalam jalan
tasawuf. ” ( Riwayat dari
kitab Kasyf al-Khafa dan
Muzid al Albas, Imam
‘ Ajluni, vol. 1, hal. 341)
Imam Ahmad bin Hanbal
( 164-241 H ; Ulama besar
pendiri mazhab Hanbali)
berkata, “Anakku, kamu
harus duduk bersama
orang-orang sufi, karena
mereka adalah mata air
ilmu dan mereka selalu
mengingat Allah dalam
hati mereka. Mereka
adalah orang-orang zuhud
yang memiliki kekuatan
spiritual yang tertinggi.
Aku tidak melihat orang
yang lebih baik dari
mereka ” ( Ghiza al Albab,
vol. 1 , hal. 120 ; Tanwir al
Qulub, hal. 405 , Syaikh
Amin al Kurdi) Syaikh
Fakhruddin ar Razi
( 544-606 H ; Ulama besar
dan ahli hadits) berkata,
“Jalan para sufi adalah
mencari ilmu untuk
memutuskan hati mereka
dari kehidupan dunia dan
menjaga diri agar selalu
sibuk dalam pikiran dan
hati mereka dengan
mengingat Allah pada
seluruh tindakan dan
perilaku . ” (I’tiqad al
Furaq al Musliman, hal. 72,
73) Ibn Khaldun ( 733-808
H ; Ulama besar dan filosof
Islam) berkata, “Jalan sufi
adalah jalan salaf, yakni
jalannya para ulama
terdahulu di antara para
sahabat Rasulullah Saww,
tabi ’in, dan tabi’it-tabi’in.
Asasnya adalah beribadah
kepada Allah dan
meninggalkan perhiasan
serta kesenangan
dunia. ” (Muqadimah ibn
Khaldun, hal. 328). Imam
Jalaluddin as Suyuti
(Ulama besar ahli tafsir
Qur ’an dan hadits)
didalam kitab Ta’yad al
haqiqat al ‘Aliyyah, hal. 57
berkata, “Tasawuf yang
dianut oleh ahlinya adalah
ilmu yang paling baik dan
terpuji. Ilmu ini
menjelaskan bagaimana
mengikuti Sunah Nabi
Saww dan meninggalkan
bid’ah.” Bahkan Ibnu
Taimiyyah (661-728 H),
salah seorang ulama yang
dikenal keras menentang
tasawuf pada akhirnya
beliau mengakui bahwa
tasawuf adalah jalan
kebenaran, sehingga
beliaupun mengambil
bai ’at dan menjadi
pengikut thariqah
Qadiriyyah. Berikut ini
perkataan Ibnu Taimiyyah
didalam kitab Majmu al
Fatawa Ibn Taimiyyah,
terbitan Dar ar Rahmat,
Kairo, Vol. 11 , hal. 497 ,
dalam bab. Tasawuf :
“ Kalian harus mengetahui
bahwa para syaikh yang
terbimbing harus diambil
dan diikuti sebagai
petunjuk dan teladan
dalam agama, karena
mereka mengikuti jejak
Para Nabi dan Rasul.
Thariqah para syaikh itu
adalah untuk menyeru
manusia kepada kehadiran
dalam Hadhirat Allah dan
ketaatan kepada Nabi. ”
Kemudian dalam kitab
yang sama hal. 499 , beliau
berkata, “Para syaikh
harus kita ikuti sebagai
pembimbing, mereka
adalah teladan kita dan
kita harus mengikuti
mereka. Karena ketika
kita berhaji, kita
memerlukan petunjuk
(dalal) untuk mencapai Ka’
bah, para syaikh ini adalah
petunjuk kita (dalal)
menuju Allah dan Nabi
kita. ” Di antara para
syaikh sufi yang beliau
sebutkan didalam
kitabnya adalah, Syaikh
Ibrahim ibn Adham ra,
guru kami Syaikh Ma ’ruf
al
Karkhi ra, Syaikh Hasan al
Basri ra, Sayyidah Rabi ’ah
al Adawiyyah ra, guru
kami Syaikh Abul Qasim
Junaid ibn Muhammad al
Baghdadi ra, guru kami
Syaikh Abdul Qadir al
Jailani, Syaikh Ahmad ar
Rifa’i ra, dll. Didalam kitab
“Syarh al Aqidah al
Asfahaniyyah” hal. 128.
Ibnu Taimiyyah berkata,
“ Kita (saat ini) tidak
mempunyai seorang Imam
yang setara dengan Malik,
al Auza ’i, at Tsauri, Abu
Hanifah, as Syafi’i, Ahmad
bin Hanbal, Fudhail bin
Iyyadh, Ma ’ruf al Karkhi,
dan orang-orang yang
sama dengan mereka.”
Kemudian sejalan dengan
gurunya, Ibnu Qayyim al
Jauziyyah didalam kitab
“ Ar Ruh” telah mengakui
dan mengambil hadits dan
riwayat-riwayat dari para
pemuka sufi. Dr. Yusuf
Qardhawi, guru besar
Universitas al Azhar, yang
merupakan salah seorang
ulama Islam terkemuka
abad ini didalam kumpulan
fatwanya mengatakan,
“ Arti tasawuf dalam
agama ialah
memperdalam ke arah
bagian ruhaniah,
ubudiyyah, dan
perhatiannya tercurah
seputar permasalahan
itu.” Beliau juga berkata,
“Mereka para tokoh sufi
sangat berhati-hati dalam
meniti jalan di atas garis
yang telah ditetapkan
oleh Al-Qur,an dan As-
Sunnah. Bersih dari
berbagai pikiran dan
praktek yang
menyimpang, baik dalam
ibadat atau pikirannya.
Banyak orang yang masuk
Islam karena pengaruh
mereka, banyak orang
yang durhaka dan lalim
kembali bertobat karena
jasa mereka. Dan tidak
sedikit yang mewariskan
pada dunia Islam, yang
berupa kekayaan besar
dari peradaban dan ilmu,
terutama di bidang
marifat, akhlak dan
pengalaman-pengalaman
di alam ruhani, semua itu
tidak dapat diingkari.
Seperti itulah pengakuan
para ulama besar kaum
muslimin tentang tasawuf.
Mereka semua mengakui
kebenarannya dan
mengambil berkah ilmu
tasawuf dengan belajar
serta berkhidmat kepada
para syaikh thariqah pada
masanya masing-masing.
Oleh karena itu tidak ada
bantahan terhadap
kebenaran ilmu ini,
mereka yang menyebut
tasawuf sebagai ajaran
sesat atau bid ’ah adalah
orang-orang yang tertutup
hatinya terhadap
kebenaran, mereka tidak
mengikuti jejak-jejak para
ulama kaum salaf yang
menghormati dan
mengikuti ajaran tasawuf
Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar