Jumat, 14 Januari 2011

Bag.I -Budha

BUDHA
Setelah ajaran Brahmana
mengakar kuat dalam
tradisi masyarakat (India)
dengan sistem kastanya,
sebagaimana pula dialami
ajaran lainnya, muncul
orang-orang yang tidak
puas atas tata aturan
yang telah mapan.
Seorang anak raja
bernama Siddhartha
Gautama (563 SM-483 SM)
yang dibesarkan di dalam
istana mewah tidak betah
dengan hidup serba
berkecukupan. Ia
dirundung rasa
keprihatinan yang
mendalam. Dari balik
jendela istana, ia melihat
sebagian orang dalam
keadaan kesusahan.
Dalam sehari, kadang
makan kadang tidak.
Hal ini diperparah dengan
tradisi kasta yang
mengakar kuat sehingga
seseorang yang berkasta
rendah tidak dapat
mengembangkan diri
menjadi pribadi yang lebih
mulia.
Tatkala berumur 29 tahun,
tidak lama sesudah putra
pertamanya lahir,
Gautama mengambil
keputusan meninggalkan
kehidupan istananxa dan
menghambakan diri
sebagai upaya mencari
kebenaran sejati. Pada
saat itu, anggapan umum
mengatakan bahwa
bertapa itu jalan menuju
kearifan dan kebenaran
sejati.
Atas dasar anggapan itu,
Gautama mencoba
menjadi seorang pertapa,
bertahun-tahun puasa
serta menahan nafsu
secara maksimal.
Akhhrnya dia sadar laku
menyiksa diri hanya
berujung mengaburkn
pikiran, dan bukannya
malah menuntun lebih
dekat kepada kebenaran
sejati.
Dengan kondisi lemah,
bagaimana pikiran dapat
mencerna berbagai
macam persoalan
kehidupan. Ia beralih
kepada cara yang lain
untuk mencari kebenaran
dalam kehidupan. Dalam
kesendirian yang tenang
tentram, dia bergumul
dengan perikehidupan
problem manusiawi.
Akhirnya, pada suatu
malam, ketika dia sedang
duduk di bawah sebuah
pohon berdaun lebar dan
berbuah seperti buah pir
yang penuh biji, maka
berdatanganlah teka-teki
masalah hidup seakan
berjatuhan menimpanya.
Semalaman suntuk
Siddhartha merenung
secara mendalam. Ketika
mentari merekah di ufuk
timur, dia tersentak dan
secara bersamaan ia
merasa yakin bahwa
persoalan dan teka-teki
kehidupan yang rumit
telah berhasil ia
pecahkan. Lalu, ia mulai
menyebut dirinya sebagai
Budha yang berarti "Orang
yang mendapat
pencerahan
(penerangan)". Pokok
ajaran Budha dapat
diringkas di dalam apa
yang menurut istilah
penganutnya disebut
"Empat kebajikan
kebenaran".
Pertama, kehidupan
manusia itu pada dasarnya
tidak bahagia.
Kedua, sebab ketidak-
bahagiaan ini adalah
karena selalu memikirkan
kepentingan diri sendiri
serta terbelenggu oleh
nafsu.
Ketiga, pemikiran
kepentingan diri sendiri
dan nafsu dapat ditekan
habis
ke lanjutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar