Jumat, 14 Januari 2011

Bag.I -KONFUSIUS (Khong hu-cu)

Ketika ajaran Budha
menyebar sampai daratan
Cina, agama ini telah
berubah menjadi agama
berhala yang menyembah
sosok Budha, manusia
biasa yang berhasil
merumuskan persoalan
spiritual dengan
renungannya yang
mendalam.
Di negeri barunya,
awalnya ajaran Budha
mendapat banyak
pengikut melebihi negeri
asalnya, India.
Hal ini karena masyarakat
Cina termasuk tipikal
masyarakat yang memiliki
perhatian yang tinggi
terhadap tata moral (budi
pekerti). Pergumulan
ajaran Budha yang
memiliki ajaran moral
yang khas dengan tradisi
baru yang sangat
menghargai budi pekerti,
membuat pengaruh agama
Budha semakin kuat.
Namun, karena tidak di
dukung dasar (akidah)
yang kuat, ajaran ini tidak
dapat bertahan lama.
Penghormatan
masyarakat Cina terhadap
tata moral (budi pekerti)
sangat dipengaruhi oleh
pandangan seorang tokoh
filsafat negeri itu, Khong
Hu-Cu yang di barat lebih
dikenal dengan nama
Konfusius. Tokoh ini hidup
hampir bersamaan dengan
masa hidup pendiri agama
Budha, Siddhartha
Gautama.
Jika Siddhartha Gautama
hidup pada tahun 563
SM-483 SM di india, maka
Khong Hu-Cu hidup dari
tahun 551 SM hingga
tahun 479 SM di Cina.
Pada awalnya, Khong Hu-
Cu atau Konfusius
bukanlah sebuah agama.
Ia hanyalah sebuah aliran
filsafat yang berkembang
di Cina. Namun, kultus
individu terhadap
pendirinya telah
menggeret pengikutnya
untuk melakukan
penyembahan terhadap
tokoh ini. Selama masa
hidupnya Khong Hu-Cu
sama sekali tidak pernah
mendakwahkan ajarannya
sebagai sebuah agama.
Sebaliknya, ajaran yang di
bawa tokoh ini lebih
bersifat sekuler karena
hanya membatasi pada
persoalan moral politik
dan pribadi, serta akhlak
dalam bertingkah laku.
Secara tegas Khong Hu-Cu
menolak pengaitan
ajarannya dengan
persoalan ketuhanan.
Dalam filsafatnya ini,
Khong Hu-Cu sangat
menjauhi perbincangan
mengenai alam akhirat
dan segala bentuk unsur
metafisik.
Dalam hal keyakinan,
Khong Hu-Cu sendiri
menganut ajaran yang
berkembang luas di
sekitarnya.
Yakni,mempercayai
adanya kekuatan langit
yang mengatur alam
semesta. Semua fenomena
yang terjadi di muka bumi
adalah akibat dari
pengaruh langit. Langit
dapat murka, dan dapat
pula bahagia. Mereka
meyakini jika langit itu
memiliki kesadaran dan
kehidupan, bergerak
dengan aturan yang rumit,
pasti dan teratur. Langit
memiliki kekuasaan yang
mutlak terhadap alam
semesta. Segala sesuatu
yang terjadi di bumi
adalah akibat pengaruh
kekuatan langit. Langit
yang berkesadaran
memiliki kekuasaan untuk
menentukan segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar